LOMBA MA-APAM dalam Rangka Implementasi Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
Tradisi memasak makanan yang terbuat dari tepung beras yang dinamakan Ma-Apam menjelang memasuki Bulan Rajab di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar) tetap terus dilestarikan.
"Benar, tradisi Ma-Apam hingga saat ini terus berlanjut setiap memasuki Bulan Rajab. Tradisi ini perlu dilestarikan dalam rangka memupuk kebersamaan serta mengimplementasikan Penguatan Profil Pancasila dalam Kurikulum Merdeka," kata Kepala SMK Negeri 1 Sasak Ranah Pasisie, Nini Mursini., S.Pd., M.Pd saat memasak apam di halaman sekolah, Jum’at (17/02/2023).
Ia mengatakan kegiatan ma-apam tersebut merupakan tradisi yang sudah puluhan tahun berlangsung. Saat memasak apam itu nilai kebersamaan sangat terlihat.
"Memasak apam itu asik, penuh canda tawa dan kebahagian. Tradisi ini akan terus lestari jika semua Taruna-Taruni bisa melanjutkan tradisi ini. Selain itu, ada do’a yang tersemat di balik tradisi tersebut," ujarnya.
Menurutnya tradisi yang sudah turun dan temurun tersebut selain mempererat tali silaturahmi terdapat juga nilai dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan.
Puluhan tungku untuk memasak apam tersebut dikerumunani oleh Taruna-Taruni SMK Negeri 1 Sasak Ranah Pasisie. Sambil memasak apam terlihat tertawa bersama sambil mengaduk bumbu dan santan kental sebagai bahan dasar apam sebelum di masak. Semua bahan dan cara yang digunakan terlihat masih sangat tradisional.
Memasak apam merupakan salah satu tradisi masyarakat Pasaman Barat yang dilakukan sekali dalam setahun, tepatnya saat bulan Rajab. Biasanya setelah di masak apam disantap bersama-sama atau dibagikan kepada masyarakat dan sanak keluarga.
Mulai dari tata cara mencari bahan, mengolah dan memasak apam. Sehingga tradisi memasak apam bisa terus dilestarikan oleh generasi penerus ke depan.
"Kami berharap apa yang kami lakukan hari ini bisa dilestarikan oleh generasi penerus, agar tradisi ini tidak hilang begitu saja di tengah kemajuan zaman," ujarnya.
Ia menambahkan, sejak puluhan tahun lalu, saat memasuki bulan Rajab masyarakat Pasaman Barat melakukan tradisi maapam alias memasak apam secara berkelompok di halaman rumah atau di tempat yang lapang.
Mereka memilih ruang terbuka, karena asap yang ditimbulkan dari bahan bakar alami berupak daun kelapa kering cukup banyak. Jika memasak dilakukan di ruangan terbuka akan lebih mudah.
"Bahan dasar pembuat apam terbilang sangat mudah didapat, seperti tepung beras yang sudah ditumbuk, santan kelapa, garam, gula, dan sejumlah pemanis alami seperti gula aren. Setelah di siapkan semua bahan diaduk menjadi satu dan berbentuk cairan putih," ujarnya.